Mengatasi Konflik dengan Mertua

(Cara Mengatasi Konflik Mertua Menantu)

Image by jcomp on Freepik


Seringkali konflik antara mertua dan menantu tidaklah bisa dihindarkan. Terlebih ketika situasinya adalah tinggal dirumah yang sama atau memang datang bertemu rutin setiap hari untuk kebutuhan tertentu.

 

Oleh karena sering bertemu, maka komunikasi yang sering dan bersifat terbuka tentu dapat memancing terjadinya diskusi atau bahkan konflik.


 

Namun berikut adalah 4 TIPS sehingga konflik dapat menjadi sesuatu yang membangun hubungan antara mertua dan menantu:

 

#1 Terima Niat Baiknya

Orangtua dari pasangan kita pada umumnya menyayangi pasangan kita sebagai anak kandung mereka. Seringkali konflik terjadi ketika di mata mereka (*belum tentu benar) bahwa anak mereka diperlakukan kurang layak oleh kita sebagai pasangannya. Maka komentar atau masukan muncul sebagai reaksi atas rasa sayang mereka kepada anaknya.

 

Cara mereka menyampaikannya bisa jadi sangat keliru, pesan yang mereka tangkap bisa jadi sangat keliru! Tetapi cara kita merespons selalu akan menentukan apakah konflik antara mertua dan menantu akan terjadi atau tidak.

 

Dan ini yang perlu kita lakukan sebagai menantu: terima niat baiknya!


Sadari bahwa baik menantu dan mertua berada di pihak yang sama, yaitu: pihak yang mencintai satu orang yang sama!


Maka bayangkan betapa bahagianya sang pasangan, kalau kedua belah pihak bekerja sama untuk memberikan pernyataan kasih kepada pasangan kita.

 

 

#2 Salurkan evaluasi/masukan MELALUI anaknya

Anda sebagai menantu ataupun mertua tidak mungkin merupakan manusia yang sempurna tanpa salah. Ada moment dimana kita bisa khilaf. Tanpa bermaksud sama sekali, bisa saja kita menyinggung perasaan orang lain.

 

Bisa juga apa yang orang lain kerjakan, termasuk cara bekerjanya, tidak sesuai dengan harapan kita.

 

Jika ini bicara soal antar pasangan, maka solusinya gampang sekali! Yaitu keterbukaan.


Tetapi pendekatan berbeda perlu diambil dalam hubungan mertua dan menantu.

 

Masukan (*atau bahkan kritik) antara mertua dan menantu bukan tidak dapat dilakukan sama sekali. Tetapi dibutuhkan 2 hal untuk ini bisa berhasil dilakukan dengan baik, yaitu:

  • perantara untuk melakukannya, dan
  • kesadaran bahwa memang tidak adanya ikatan atau komitmen antara mertua dan menantu

 

1. Perantaranya tentu adalah anak kandungnya!

Hal ini berlaku untuk keduanya, baik menantu maupun mertua.

 

Ketika menantu memiliki konflik dengan mertuanya, sampaikan melalui pasangannya yang adalah anak kandungnya.


Demikian juga, ketika mertua memiliki konflik dengan menantunya, sampaikan juga melalui anaknya, yang adalah pasangan dari menantunya.


TIDAK PERNAH DISARANKAN UNTUK MENYAMPAIKAN SENDIRI MASUKAN / EVALUASI TANPA MELALUI ANAK KANDUNG SEBAGAI PERANTARA-NYA! Seberapa baikpun hubungan antara mereka berdua saat ini!

 

Nah, Ini yang paling penting untuk diingat!

Cara menyampaikan dan kapan disampaikan, diserahkan kepada perantara tersebut. Isi dari pesan boleh dititipkan, tetapi mengenai cara dan kapan disampaikan percayakan kepada pasangan yang paling tahu kapan dan bagaimana menyampaikannya secara tepat.

 

Harapan yang realistis dari tujuan memakai perantara ini adalah agar uneg-uneg, atau apa yang perlu disampaikan PASTI AKAN DISAMPAIKAN. Sehingga komunikasi dapat terus terjalin. Sehingga kesehatan emosional baik oleh mertua maupun menantu dapat tercapai melalui merasakan kelegaan.

 

2. Sadar bahwa Tujuan dan Komitmennya Berbeda

Saat dua orang menikah, maka memang diadakan ikatan antara kedua orang tersebut BESERTA keluarganya. Tetapi sesungguhnya ikatan dan komitmen bukanlah hal yang sama. Komitmen tetap memang hanya terbatas diantara kedua pasangan tersebut! Tidak pernah termasuk diantara keluarga mereka.

 

Maka masukan atau kritik antara menantu dan mertua bisa diberikan, tetapi tidak dalam tujuan yang sama seperti masukan atau kritik antara pasangan.

 

Dalam hubungan pasangan suami-isteri, kritik atau masukan diproses SUPAYA TERJADI PERUBAHAN sehingga menjadi pasangan yang lebih baik bagi satu sama lain.

 

Namun, hal berbeda tujuan ketika kritik atau masukan disampaikan antara mertua dan menantu. TUJUAN UTAMANYA BUKAN SUPAYA TERJADI PERUBAHAN.

Ini BUKAN soal berhasil atau tidak berhasil didengar/dipatuhi, berubah atau tidak berubah, melainkan sekedar SUDAH disampaikan sudah cukup.

Karena sesungguhnya tanpa adanya komitmen, tidak bisa untuk menuntut seseorang berubah seperti maunya kita!

Suka atau tidak suka, sadar atau tidak sadar; hubungan antara mertua dan menantu bukanlah sebuah hubungan dengan komitmen. Melainkan hanya hubungan yang tercipta sebagai efek samping dari adanya komitmen antar pasangan untuk terikat di dalam pernikahan!

 

Maka: mertua tidak bisa mengatur menantu, sama seperti menantu juga tidak bisa mengatur mertua!



Mertua tidak bisa mengeluh kalau tampak seperti “anak kandungnya sendiri” tidak membelanya. Karena sesungguhnya anak kandungnya terikat komitmen dengan pasangannya, maka tentu harus “mengutamakan lebih dulu” pasangannya!


Menantu juga tidak bisa mengeluh kalau pasangannya tidak cukup “membelanya” karena tidak mampu memaksa orangtuanya untuk berubah mengikuti kemauan/keinginan pasangannya.



Karena sekali lagi, tujuannya bukan menang atau kalah! Berubah atau tidak berubah! Melainkan agar komunikasi yang sehat bisa terus terjalin.



Dan dari sini, baru langkah berikutnya dapat membuat perbedaan yang cukup signifikan!


#3 Tunjukkan Kita Berubah!

SEMUA masukan atau kritikan yang diberikan, baik oleh mertua kepada menantu maupun antara menantu kepada mertua, adalah hampir tidak mungkin kalau SAMA SEKALI tidak ada yang satupun “mengandung” kebenaran.

 

Walau bagaimanapun, kedewasaan kita diperlukan untuk mau mengakui kebenaran yang ada dan melakukan perubahan yang memang perlu dilakukan. Jika selama ini kita belum bertindak secara dewasa, detik ini adalah saat yang paling tepat untuk melakukannya.

 

Terlepas dari caranya orang memberikan masukan kepada kita, mari kita melihat kebenaran yang terkandung di dalamnya.

 

Dan perubahan yang kita lakukan BUKAN kita lakukan untuk memuaskan orang yang memberi masukan, melainkan kita lakukan untuk menunjukkan kasih kepada orang yang kita kasihi. Yang adalah: pasangan kita terkasih atau anak kita terkasih.

 

Menghormati orang yang disayang oleh orang yang kita kasihi selalu akan memberikan perubahan dan kelegaan besar! Lakukan hal ini karena kasih! Dan langkah paling praktis sederhana untuk menghormati untuk tidak lupa mengucapkan terima kasih dan maaf.

 

Ini merupakan langkah kecil berdampak besar! Sebuah tindakan mudah, asal kita dewasa dan rendah hati! Mari kita melakukannya

 

 

#4 Anak Jangan Malah Jadi Penyebab Konflik

Dengan alasan curhat kepada orangtua, seorang anak bisa TANPA SADAR bercerita tentang “kekurangan” pasangannya kepada orangtunya. Akhirnya tanpa dia sadari, bahwa orangtuanya terluka dengan mendengar atau melihat bagaimana anaknya diperlakukan oleh pasangannya (= menantunya).

 

Lalu, juga tanpa sadar, sang anak bertanya-tanya: Mengapa orangtuanya tidak terlalu suka dengan pasangannya?

 

Karena itu penting agar anaknya jangan malah jadi penyebab konflik, dengan cara *terbiasa” menjelek-jelek kan pasangan!
Sangat penting untuk anak menjadi pendamai dan peneduh dari konflik mertua dan anak.

 

Bagaimana caranya menjadi pendamai dan peneduh?

Lakukanlah sebaliknya! Bukannya menjelek-jelekkan pasangan, setiap kali bertemu: pujilah pasanganmu sesering mungkin!

Buatlah hati orangtua menjadi teduh. Merasa tenang, karena melihat dan mendengar bagaimana anaknya diperlakukan dengan baik oleh pasangannya.



0 Comments:

Posting Komentar